Jumat, 10 November 2017

Perkembangan Pers di Indonesia Pada Masa Pergerakan Nasional

Perkembangan Pers di Indonesia Pada Masa Pergerakan Nasional

Apakah Itu Pers...??

            Sebelum membahas mengenai peranan pers dalam pergerakan nasional, tentunya kita perlu memahami dengan baik apa itu pers sendiri. Pers adalah kata yang sering kita dengar sehari-hari, yang erat kaitannya dengan media massa, dunia jurnalistik, dan berita. Pers berasal dari bahasa latin yang berarti cetak, yang mana media massa yang awal muncul dibuat dengan cara dicetak atau melalui teknik percetakan. Pers sendiri berarti sebuah lembaga atau badan yang mencari informasi dalam masyarakat dan menerbitkannya sebagai berita dalam berbagai bentuk, baik secara tercetak atau rekaman suara dan gambar.

            Sebagai badan yang menyampaikan dan menyebarkan informasi kepada masyarakat, pers juga berfungsi sebagai media pendidikan, entertainment, sekaligus memiliki kontrol sosial dalam masyarakat. Apa yang disampaikan oleh pers cenderung lebih dipercaya oleh masyarakat sehingga membentuk pandangan umum mengenai suatu perkara atau peristiwa. Pers dianggap memiliki kekuatan untuk mengungkap perkara yang selama ini tidak terlihat sekaligus bisa menutupi hal yang seharusnya diangkat ke publik.

            Pers di Indonesia sendiri sudah muncul semenjak jaman kependudukan Belanda, dimana muncul berbagai surat kabar dan majalah lokal yang dikelola oleh kaum terpelajar pada masa itu. Seiring dengan perkembangan jaman, pers merambah kepada teknologi audio dan visual dengan munculnya penemuan radio dan televisi. Dan perkembangan yang terkini adalah teknologi internet, yang memungkinkan informasi untuk 
tersebar melintasi batas waktu dan jarak.

A. Pers Masa Pergerakan Nasional

            Masa pergerakan adalah masa bangsa Indonesia berada dalam detik-detik terakhir penjajah Belanda sampai saat masuknya Jepang menggantikan Belanda. Pers pada masa pergerakan tidak bisa dipisahkan dari kebangkitan nasional bangsa Indonesia melawan penjajahan. Setelah muncul pergerakan modern Budi Utomo tanggal 20 mei 1980, surat kabar yang dikeluarkan orang Indonesia lebih banyak berfungsi sebagai alat perjuangan. Pers saat itu merupakan “terompet” dari organisasi pergerakan orang Indonesia. Surat kabar nasional menjadi semacam perlemen orang Indonesia yang terjajah. Pers menjadi pendorong bangsa Indonesia dalam perjuangan memperbaiki nasib dan kedudukan bangsa.
Beberapa contoh harian yang terbit pada masa pergerakan, antara lain sebagai berikut:

   - Harian “Sedio Tomo” sebagai kelanjutan harian Budi Utomo yang terbit di Yogyakarta, didirikan bulan Juni 1920.
   - Harian “Darmo Kondo” terbit di Solo, yang dipimpin oleh Sudarya Cokrosiswono.
   - Harian “Utusan Hindia” terbit di Surabaya, yang dipimpin oleh HOS. Cokroaminoto.
   - Harian “Fajar Asia” terbit di Jakarta, dipimpin oleh Haji Agus Salim.
   - Majalah mingguan “Pikiran Rakyat” terbit di Bandung, didirikan oleh Ir. Soekarno.
   - Majalah berkala “Daulah Rakyat”, dipimpin oleh Moch Hatta dan Sultan Syahrir.

            Karena sifat dan isi pers pergerakan anti penjajahan, pers mendapatkan tekanan dari pemerintahan Hindia Belanda. Salah satu cara pemerintah Hindia Belanda saat itu adalah dengan memberikan hak kepada pemerintah untuk memberantas dan menutup usaha penerbitan tanggal 13 Desember 1937.

 B. Peranan Pers Dalam Pergerakan Nasional

           
Perkembangan pers berbahasa daerah atau melayu, yang dinilai oleh Douwes dekker dalam awal karangan ini menduduki tempat terpenting dari pers Eropa,dan terutama setelah berdirinya organisasi seperti boedi Oetomo, Sarekat Islam dan Indische Partij menimbulkan pemikiran di kalangan pemerintah Hindia Belanda untuk menetralisasi pengurus pers bumi putra itu.Jalan yang di tunjukkan Dr.Rinkes ialah dengan mendirikan surat kabar berbahasa Melayu oleh pemerintah sendiri serta memberikan bantuan kepada surat kabar yang di nilai lunak dalam pemberitaannya.

            Berdirinya Boedi Oetomo di Jakarta pada tanggal 20 Mei 1908 dan persiapan-persiapan kongresnya yang pertama yang akan diadakan pada awal oktober tahun itu juga mendapat tempat dalam pers Belanda dan Melayu.Surat edarannya pun dimuat dalam surat kabar De Locomotief dan Bataviaasch Nieuwsblad, demikian juga dalam majalah Jong Indie. Memang sejak kelahirannya, organisasi pertama ini memperhatikan pentingnya penerbit dan surat kabar sebagai penyambung suara organisasi. Sesuai dengan sikap Boedi Oetomo pada awal pertumbuhannya sejak golongan tua menjadi pemimpin-pemimpinnya, maka surat kabar pun bercorak lunak, namun satu segi yang menarik ialah kesadaran redakturnya menulis dan memberitakan yang penting bagi kemajuan dan kesejahteraan. Pentingnya surat kabar berbahasa Melayu terbukti juga dari ikhtisar-ikhtisar yang muncul dalam majalah dan surat kabar Belanda, seperti Tropisch Nederland, Kolonial Tijdschrift dan Java Bode.

            Semenjak berdirinya Sarekat Islam, nampak adanya pemberitaan baru surat kabar, diantaranya ada yang menonjol dan ada pula yang kurang berarti. juga beberapa terbit di luar pulau Jawa. Mula-mula Darmo Kondo merupakan surat kabar yang utama di Jawa, tetapi setelah berdirinya SI, di Surabaya terbit Oetoesan Hindia yang isinya lebih hidup dan condong ke kiri. Darmo Kondo sendiri tetap tenang dan kurang menunjukkan kepekaannya mengenai tanda-tanda zaman, meskipun lingkungan pembaca cukup besar. Darmo Kondo sebelum tahun 1910 dimiliki dan dicetak oleh seorang keturunan Cina, Tan Tjoe Kwan dan redaksi ada ditangan Tjnie Sianh Ling,yang diketahui mahir di dalam soal sastra Juwa. sejak itu dibeli oleh Boedi Oetomo cabang Surakarta dangan modal Rp.50.000,-

            Oetoesan Hindia lahir setelah SI mengadakan kongresnya yang pertama di Surabaya, 26 januari 1913 dibawah pimpipinan Dokroaminoto, Sosrobroto serta Tirtodanudjo. Tirtodanudjo merupakan penulis yang tajam menarik perhatian umum, demikian juga karangan seorang bernama Samsi dari Semarang. Kedua-duanya merupakan pemegang rekor delik pers dan seringkali berurusan dengan pihak pengadilan. Tjokroaminoto sendiri mengimbangi dengan tulisan-tulisan yang tinggi mutunya dengan nada yang tenang, juga bila dia menulis untuk menangkis serangan-serangan yang dutujukan kepadanya. Selama tiga belas tahun Oetoesan Hindia isinya mencerminkan dunia pergerakan, politik, ekonomi dan perburuhan, khusus yang dipimpin oleh Central Sarekat Islam.

            Karangan para pemimpin Indonesia muncul dan mengisi suratkabar itu serta merupakan perjatian pembaca. Singkatan nama-nama mereka O.S.tj. (Oemar Said Tjokroaminoto), A.M. (Abdul Muis). H.A.S. (Haji Agus Salim),T.Mk. (Tjipto Mangunkusumo), A.P. (Alimin Prawirohardjo), A.H.W. (Wignjadisastra) dan Surjopranoto silih berganti mangisi suratkabar itu, yang pengaruhnya sering nampak disuratkabar yang terbit dikepulauan lain.

            Namun kelamahan suratkabar bumiputra ialah kurangnya pemasang iklan, sehigga dengan uang langganan saja tidak cukup untuk dapat bertahan. Ditambah lagi banyak perkara SI mengurangi ketekunan pengurusnya untuk tetap memikirkan kelangsungan suratkabarnya, dan setelah djokroaminoto terkena perkara politik sehingga ia di jatuhi hukuman dan pemecahan di dalam tubuh SI sendiri tak terhindarkan lagi, maka Oetoesan Hindia tutup usia pada triwulan pertama tahun1923.

            Suratkabar SI lainnya ialah Sinar Djawa di Semarang, Pantjaran Warta diketehui dan Saroetomo di Surakarta yang terakhir itu adalah suratkabar asli Sarekat Islam sejak kelahiran organisasi itu pada bulan Agustus 1912 mula-mula Saroetomo merupakan suratkabar yang kurang berarti, tetapi berangsur-angsur nampak pengaruh Oetoesan Hindia sehingga makin bermutu terutama dengan muncul mas Marco Dikromo, seorang berasal dari Bodjonegoro, yang waktu itu berumur 23 tahun, maka karangan-karangan mewakili gaya tulis tersendiri terkenal dalam hubungan ini ialah komentar mas Marco mengenai cara kerja Mindere Whevaarts Commissie (Komisi untuk meyelidiki sebab-sebab kemunduran rakyat Bumi Putra) sehingga menimbulkan heboh besar setelah tulisan-tulisannya mendapat halangan dari Saroetomo, terutama karena campur tangan pemerintah, maka ia mendirkan suratkabar sendiri bernama Doenia Bergerak.


0 komentar:

Posting Komentar